BJ Habibie, Cinta dan Teka-Teki Sejarah


Di acara Mata Najwa, lelaki itu tampil tenang dan penuh percaya diri. Tak tampak sedikitpun rasa gentar atau terpojok atas semua pertanyaan yang diajukan presenter. Ia menjawab semua keraguan, menjelaskan semua yang samar, serta tegar menatap tayangan tentang masa-masa ketika dirinya menjadi presiden, masa-masa ketika dirinya banyak dihujat oleh politisi lain. Lelaki tenang itu adalah Baharuddin Jusuf Habibie.

Untuk kesekian kalinya ia tampil di televisi. Seorang teman mengirim kabar bahwa ketika Rudi Habibie muncul di televisi, suasana di Desa Lanra’e, di pelosok Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan, selalu senyap diselingi bunyi jangkrik. Banyak warga yang memilih untuk tetap di rumah sembari menyaksikan Rudi, anak desa itu yang dahulu menggembalakan kerbau itu kini bertransformasi sebagai guru bangsa. Rudi yang lahir di Pare-Pare itu adalah idola bagi semua warga desa.

Di acara Mata Najwa itu, Rudi sempat terdiam ketika diperlihatkan tayangan tentang suasana ketika ia membacakan laporan pertanggungjawaban sebagai presiden. Ia berhadapan dengan politisi yang dipenuhi gelora euforia tentang reformasi. Pada masa itu, perubahan ibarat mantra yang diucapkan terus-menerus. Mereka yang lama adalah mereka yang tak ingin berubah, dan untuk itu harus disingkirkan. Ketika Rudi membacakan laporannya, ada banyak suara interupsi yang menyela pidatonya. Tapi ia tidak gentar.

Di antara semua presiden Indonesia, Rudi adalah presiden yang merasakan langsung bagaimana protes publik bertubi-tubi hingga banyak upaya yang hendak mendelegitimasi dirinya. Selama 518 hari memimpin, ia duduk di atas kursi panas yang kemudian menjadi sasaran kritik dari berbagai kekuatan politik. Saya menunggu-nunggu, apakah ia marah dengan apa yang tersaji di layar.

Tim Metro TV menampilkan dokumentasi tentang suasana voting di gedung dewan mengenai apakah laporan pertanggungjawabannya sebagai presiden hendak diterima ataukah tidak. Ketika angka menunjukkan bahwa laporan itu akan ditolak, ada suara-suara Allahu Akbar, kemudian sorak gembira memenuhi ruangan.

Ternyata Rudi justru tak memendam amarah. Ekspresinya datar saja sebab ia menilai peristiwa itu sebagai bagian dari sejarah yang telah berlalu. Sejarah memang selalu terkait dengan siapa rezim yang berkuasa. Pada satu masa Rudi pernah dihinakan oleh masyarakat lain. Namun di masa kini, mata banyak orang mulai terbuka bahwa Rudi telah mewariskan banyak hal atas demokratisasi dan kebebasan berbicara. Ia telah menyelesaikan periodenya hingga memiliki banyak pencapaian. Dan ia harus membayar periode itu dengan menerima makian banyak kelompok.

Terlepas dari berbagai kontroversi atasnya, Rudi adalah sosok penting dari transisi Orde Baru ke Orde Reformasi. Ia dianggap sebagai bagian dari kekuatan lama sebab merupakan bagian dari mantan Presiden Soeharto, namun ia juga dianggap menjadi representasi dari kekuatan reformasi yang saat itu datang bagai air bah dan menjebol tatanan politik.

Saya berharap agar ada sejarawan yang tekun menelaah fakta dan data tentang apa yang terjadi pada peralihan kekuasaan. Periode reformasi adalah periode misterius dalam sejarah Indonesia. Entah kenapa, transisi kekuasaan kerapkali penuh misteri dan tandatanya. Tahun 1998 menyisakan misteri, sebagaimana transisi kekuasaan pada tahun 1965. Sejauh ini, ada beberapa narasi yang muncul, dikemukakan oleh sejumlah tokoh. Selain Rudi Habibie, ada pula Wiranto dan Prabowo.

Masing-masing memiliki narasi berbeda yang seharusnya diurai demi menemukan hikmah dan pembelajaran bagi generasi mendatang. Mengurai luka sejarah di masa silam tidak akan membuat kita mengalami konflik di masa kini. Sejarah itu akan menjadi alarm atau peringatan agar peristiwa yang sama tidak terjadi lagi di masa mendatang. Dengan cara itu, kita mengambil keping pembelajaran berharga untuk masa kini dan masa esok, sebagaimana ajaran Nelson Mandela, “forgive but not forget.” Kita memaafkan, tapi kita tidak akan melupakan.

Menyaksikan Rudi Habibie tampil di televisi, ada sejumlah hikmah dan pembelajaran yang bisa dipetik dan menjadi keping inspirasi bagi masyarakat Indonesia. Sosoknya punya jejak di banyak lapangan kehidupan, semisal politik, ekonomi, hingga ilmu pengetahuan. Namun, ia akan menjadi abadi di masa mendatang karena beberapa hal.

Pertama, ia telah menunjukkan dedikasi yang tinggi pada bangsa. Ketika mantan pejabat lain justru menghilang, ia tetap tampil dan menjalani peran sebagai guru bangsa. Dengan cara itu, langkahnya menjadi lebih fleksibel sehingga leluasa ke mana-mana. Ia bisa berpindah-pindah tempat, menebar inspirasi di mana-mana, serta menunjukkan bahwa jabatan bukanlah satu-satunya alasan bagi seseorang untuk berkarya. Apalagi, ia kembali menata industri penerbangan tanah air, sesuatu yang menjadi bidang keahliannya.

Bahkan ketika dihina oleh seorang menteri negeri seberang, ia menunjukkan cara menghadapi persoalan itu dengan elegan. Ia menjawab, “Kalau ada yg menghina Anda, anggap saja sebagai sebuah pujian bahwa dia berjam-jam memikirkan Anda, sedangkan Anda tdk sedetik pun memikirkan dia.” Kalimat ini menginspirasi banyak orang hingga disebar ke mana-mana. Kalimat ini menunjukkan sikap dewasa dan bijaksana yang merupakan buah dari pengalamannya mebghadapi masalah.

Kedua, Rudi Habibie adalah simbol dari intelektualitas. Sampai kapanpun, simbol ini tak akan hilang di benak anak Indonesia. Ia tak hanya menjadi idola warga desa Lanra’e, namun juga seluruh rakyat Indonesia yang berhasrat untuk berkecimpung di bidang sains. Pemegang 46 paten di bidang aeraunatika ini membangkitkan kebanggaan bagi semua orang Indonesia di Eropa. Ia meraih banyak penghargaan bergengsi di bidang penerbangan, salah satunya adalah Theodore Von Karman Award di bidang teknologi.

Di masa-masa mendatang, namanya tetap akan dikenang sebagai sosok saintis yang lahir dari bumi Indonesia. Pencapaannya di lapangan sains akan menjadi kisah yang tak akan pernah lekang, sekaligus menjadi benchmark bagi siapapun warga Indonesia yang hendak memasuki dunia sains.

Ketiga, Rudi adalah simbol cinta kasih. Kisah cintanya dengan sang istri Ainun adalah kisah cinta yang abadi dan melekat dalam memori publik orang Indonesia.  Setiap gerak-geriknya adalah simbol cinta. Publik tersentuh dengan tindakannya yang menjagai istrinya hingga akhir hayat. Ia menjadi model bagaimana seorang lelaki memperlakukan pasangannya, bagaimana seorang lelaki menyirami perempuan dengan kasih sayang yang tak pernah mengering, serta bagaimana menempatkan perempuan sebagai sosok yang dihormati dan dikasihi hingga maut menjelang.

Publik tanah air mudah tersentuh dengan kisah-kisah kemanusiaan yang melintasi waktu. Lewat kisah cinta itu, Rudi Habibie hendak menunjukkan bahwa dengan menjadi seorang jenius, seseorang tak harus kehilangan kehidupan dunia. Kakinya memijak ke bumi, menghadapi semua masalah yang mendera, serta mendedikasikan hidup untuk orang banyak, tanpa harus kehilangan pilar-pilar cinta.

Barangkali, cinta pula yang menjadi rahasia mengapa dirinya tetap eksis dan menebar inspirasi bagi banyak orang. Cinta pula yang akan mengabadikan semua kisahnya hingga masa-masa mendatang.

*dikutip dari http://sosbud.kompasiana.com/2014/02/10/rudi-habibie-cinta-dan-teka-teki-sejarah-630722.html

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

Please comment here ....